Suku Taosug (Sulu)


Suku Taosug, kadang disebut juga sebagai suku Sulu, berasal dari kepulauan Sulu provinsi Moro dan Borneo (Sabah) sejak zaman Kesultanan Sulu. Suku ini menggunakan bahasa Taosug sebagai bahasa pertuturan. Agama resmi yang dianut adalah agama Islam. Suku ini memiliki budaya yang unik, yaitu yang populer adalah pakaian tradisionalnya iaitu Kupot dan tarian Daling-daling. Di Sabah pusat pemukiman orang Taosug berada di daerah Kudat, Sempurna, Sandakan, Lahad Datu, kota Kinabalu, Menggatal, Tuaran dan Telipok.

Penduduk Malaysia sebenarnya tidak terlalu mengenal suku Sulu yang terdapat di Sabah itu. Orang Sulu tidak memanggil diri mereka Sulu melainkan menggelar diri mereka sebagai Taosug yang diartikan sebagai "Orang dari Sulu". Orang Taosug hingga hari ini masih menjadi pelarian samada di Sulu atau di Sabah karena tidak mengakui kekuasaan Filipina atas Negara mereka Sulu. Mereka hidup sebagai pejuang bagi daerahnya, tetapi sebagai pemberontak bagi negara Filipina, karena setiap tahun mereka memerangi Filipina karena keinginan mereka lepas dari Filipina dan membentuk suatu negara kedaulatan sendiri.

Suku Taosug (Sulu)
Suku Taosug menjadi mayoritas di kepulauan Sulu dan berbicara dalam Bahasa Sug. Suku Tausug dikelompokkan sebagai ke dalam  rumpun Melayu-Polinesia. Bahasa Sug yang mereka tuturkan mirip dengan bahasa Melayu kuno, yang tercampur dengan beberapa kata bahasa Arab dan bahasa etnik lain di sekitar Mindanao.

Sejarah, bahasa asal Sulu sebenarnya adalah dari bahasa asal Orang Taguimaha (Taguima dari Basilan), walaupun sebenarnya suku Sulu berbeda dengan suku Taguimaha. Menurut sumber dari Salsilah Sulu yang dicatat oleh pencatat sejarah Najeeb Saleeby dalam bukunya The History Of Sulu (Manila: 1908), suku Tausug dan bahasanya berasal dari beberapa etnik yang bergabung di wilayah tersebut, yaitu suku Buranun, suku Taguimaha, suku Baklaya, Orang Dampuan dan Orang Dayak Bajau. Suku kaum Buranun yang berarti orang Bukit adalah salah satu sub etnik suku Dayak yang mendiami kepulauan Sulu. Suku Buranun telah memeluk Islamkan oleh Sharifful Hashim dan orang-orang Bajau yang mengiringi Shariful Hashim dari Johor dan orang-orang Taguimaha (nenek moyang orang-orang Bajau Yakan) yang mengiringi Raja Baguinda dari Pulau Basilan. Mereka berhijrah ke kepulauan Sulu sehingga terbentuk satu masyarakat yang dikenali sebagai masyarakat Tausug.
  • Orang Buranun, adalah orang Dayak berasal dari Kalimantan, dipercayai sebagai yang pertama menduduki kawasan pergunungan di Sulu dan pemukiman terkenal mereka berada di Maimbung.
  • Orang Taguimaha, adalah sekelompok pelindung yang datang dari Pulau Basilan yang mana asal sebenar mereka adalah dari pulau besar Mindanao juga dan pemukiman terkenal mereka di Buansa atau sekarang dikenali sebagai Jolo (sbt. Holo).
  • Orang Baklaya, adalah orang yang mendiami pesisir pantai, yang dipercayai datang dari Sulawesi Indonesia dan pemukiman mereka di Patikul. Orang Baklaya merupakan nenek moyang bangsa Bajo (Bajau) dari daerah Wajo di Sulawesi.
  • Orang Dayak Bajau, penduduk asli Kalimantan yang lama menetap dan tinggal di kepulauan Sulu.
  • Orang Dampuan, yang berasal dari Champa, salah satu tempat bersejarah di Indochina yang sekarang dikenali sebagai Vietnam dan inilah kaum-kaum seperti yang disebut di atas yang mewarnai wajah bahasa dan rupa paras orang Tausug itu sendiri.
Suku Tausug memiliki beberapa dialek berdasarkan kawasan atau daerah di antaranya ialah dialek Tausug Tapul, Tausug Basilan, Lugus, Gimbahanun dan masih terdapat beberapa dialek lagi. Unsur-unsur bahasa Melayu juga terdapat dalam bahasa Sug ini. Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pernah mempengaruhi daerah-daerah sekitar wilayah Kepulauan Sulu sebagaimana sebelum kemunculan kerajaan awal Melayu Melaka. Maka setelah kedatangan Islam muncullah Kesultanan Sulu sekitar tahun 1457 M dan pemerintahan Sultan-sultan Sulu berlangsung lama yang terserap ke dalam bahasa Sug hingga bertahan sampai hari ini.

Tausug berasal dari dua suku kata "Tau" bermakna "orang" dan "Sug" bermakna "Arus". Jadi "Tausug" adalah bermakna "Orang Arus".

Masyarakat Taosug pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan memungut hasil laut seperti mutiara, agar-agar laut, gamat serta berdagang secara Barter antara Borneo Utara (Sabah) dan Zamboanga serta dengan kawasan lain sekitar Asia Tenggara. Aktivitas perdagangan mereka sampai ke luar wilayah di sekitar perairan Laut Sulu hingga ke Laut Sulawesi dan Laut China Selatan. Orang Tausug menjadikan lautan sebagai sumber kehidupan mereka. Satu lagi tafsiran dari perkataan Tausug ialah "Tau Maisug", yang bermaksud "Pemberani" atau "Orang Yang Berani". Spanyol dan Tentara Amerika bahkan mengakui keberanian suku bangsa Taosug ini. Ferdinand Marcos sendiri memerangi kaum ini dengan menetapkan undang-undang tentara di Mindanao dan Sulu. Sebab itu gelar "Juramentado" (Berani Mati) adalah gelar Spanyol kepada Tausug.



Di kepulauan Sulu, suku Taousug hidup berdampingan dengan beberapa etnis lain. Beberapa etnis berbeda dari kepulauan Sulu sebagai bagian dari identitas nasional kolektif, Taosug, adalah:
  • Buranun, (muslim)
  • Baklaya, (muslim)
  • Taguimaha, (muslim)
  • Banjar, (muslim)
  • Sama, (muslim)
  • Dampuan, (muslim)
  • Yakan, (muslim)
  • Subanon, (kristen)
  • Kalibugan, (muslim)
  • Mulbug, (muslim)
  • Jama Mapun, (muslim)
  • Bisayan, (kristen)
  • Palawani, (muslim)
  • Bangingi (muslim) 

diolah dari berbagai sumber

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,